1.Melanotaenia Affinis
Nama ilmiah : Melanotaenia affinis (Weber, 1908)
Nama populer : Northern rainbowfish
Nama lokal : –
Ciri umum :
Bentuk tubuh sangat pipih. Warna zaitun kecokelatan pada bagian dorsal; putih keper- akan pada bagian ventral. Sepanjang tubuh terdapat garis kehitaman dari bagian anterior hingga dasar ekor di mana bagian ini berwarna kuning. Sirip anal dan dorsal jantan berwarna kuning-jingga.
Ukuran maksimum : 14 cm
Status : Asli. Masuk kategori IUCN Red List Status Not Evaluated. Koleksi pertama dari anak sungai dekat Njao, Papua, pada Juni 1910 oleh Dr. P.N. van Kampen. Telah dibawa ke Jerman pada tahun 1988.
Distribusi/habitat : Sistem Sungai Markham, Ramu, Sepik, rawa, dan beberapa danau pada ketinggian sekitar 1.500 m. Juga ditemukan di Danau Sentani, Sungai Sekanto, Sungai Wagani, Sungai Ta- ritatu (Sistem Mamberamo), Papua. Kisaran suhu air 18–28oC.
Keterangan : Sering ditemukan bersama Chilaterina dan Glossolepis.
Pemeliharaan : Suhu 25–28oC; pH 7–8.
Pakan alami, bersifat karnivora. Ikan ini sangat mudah beradaptasi di akuarium.
Reproduksi : Budi daya relatif mudah. Jantan dan betina berukuran relatif sama. Mampu bereproduksi pada umur kurang dari setahun. Masa inkubasi telur 7–10 hari pada suhu 24–28oC.
Keterangan : Anak ikan tumbuh cepat, jika diberi pakan dengan baik akan mencapai ukuran 3 cm pada umur 4 bulan.
Pakan larva : Infusoria, pakan alami lainnya.
Sumber : Allen, 1995
2. Melanotaenia Ajamaruensis
Nama ilmiah : Melanotaenia ajamaruensis Allen & Cross, 1980
Nama populer : Ajamaru rainbowfish
Nama lokal : –
Ciri umum :
Warna asli tidak diketahui; dalam alkohol: merah kecokelatan pada bagian dorsal dan setengah badan ke anterior berwarna kuning. Terdapat garis horizontal merah kecoklatan pada kedua sisi tubuh. Diduga mirip dengan Boeseman’s rainbow (M. boesemani).
Ukuran maksimum : 11 cm
Status : Endemis dengan kategori IUCN Red List Status Data Deficient. Pertama kali ditemukan tahun 1955, namun tidak ditemukan pada survei tahun 1982 oleh Dr. M. Boeseman. Survei
Distribusi/habitat :
Hanya ditemukan di Danau Ajamaru di daerah Kepala Burung, Papua, pada ketinggian 250 m dpl.
Keterangan : –
Pemeliharaan : Belum pernah dipelihara.
Reproduksi : Tidak ada informasi, diduga mirip dengan spesies Melanotaenia lainnya.
Pakan larva : Belum ada informasi.
Sumber : Allen, 1995
3. Melanotaenia Ammeri
Nama ilmiah : Melanotaenia ammeri Allen, Unmack, danHadiaty, 2008
Nama populer : Ammer’s rainbowfish
Nama lokal : –
Ciri umum :
Ikan jantan umumnya berwarna kebiru-biruan pada tubuh bagian atas diselingi dengan strip- strip abu-abu dan kuning pucat yang berhu- bungan dengan tiap baris sisik horizontal. Strip tengah biasanya berwarna lebih gelap. Kepala bagian atas berwarna biru atau keabu-abuan, sementara bagian bawah putih keperakan. Sirip-sirip punggung, dubur, perut, dan ekor berwarna kuning pucat dan sirip dada bening. Pola warna ikan betina mirip dengan jantan, kecuali corak strip yang lebih muda dan keperak-perakan.
Ukuran maksimum : sekitar 10 cm
Status : Asli dengan kategori IUCN Red List Status Not Evaluated. Type locality di habitatnya. Koleksi G.R. Allen dan M. Ammer pada tahun 2008. Dinamakan “ammeri” sebagai penghargaan pada Max Ammer. Peneliti Pusat Penelitian Biologi-LIPI (Hadiaty) berperan dalam kegiat- an penelitian ikan ini.
Distribusi/habitat :
Ditemukan di sungai berukuran kecil dekat Teluk Arguni, Desa Gusimawa, Papua Barat. Keterangan : Sungai tempat ditemukannya adalah yang dangkal, memiliki lebar 2–3 meter dengan kedalaman sekitar 0,5 m.
Pemeliharaan : Belum berhasil dipelihara.
Reproduksi : Belum ada informasi.
Pakan larva : Belum ada informasi.
Sumber : Tappin, 2010
4. Melanotaenia Angfa
Nama ilmiah : Melanotaenia angfa Allen, 1990
Nama populer : Yakati rainbowfish, Angfa rainbowfish
Nama lokal : –
Ciri umum :
Ikan jantan bertubuh sangat pipih, warna kuning terang dengan strip hitam terputus- putus sepanjang sisi tengah paling lebar dan jelas pada bagian belakang sirip pektoral. Mirip dengan M. herbertaxelrodi, tetapi dengan duri sirip anal lebih lembut.
Ukuran maksimum : 12 cm
Status : Endemis dengan kategori IUCN Red List Status Data Deficient. Ditemukan tahun 1989 oleh G. Allen. Heiko Bleher pada tahun 1999 mengoleksi spesimen hidup ikan ini dan dibagikan kepada penggemar akuarium.
Distribusi/habitat :
Ditemukan di Sungai Kurumoi, anak Sungai Yakati pada daerah pertemuan kepala burung (Semenanjung Vogelkop) dengan Pulau Irian utama, pada ketinggian 200–400 m dpl. Sungainya berarus lambat-cepat, dengan dasar pasir atau kerikil dan vegetasi yang jarang.
Keterangan : Sungai Yakati berada di Teluk Bintuni.
Pemeliharaan : Mirip dengan penanganan jenis rainbow lainnya.
Reproduksi : Belum ada informasi.
Pakan larva : Belum ada informasi.
Sumber : Allen, 1995 Tappin, 2010
5. Melanotaenia Aarfakensis
Nama ilmiah : Melanotaenia arfakensis Allen, 1990
Nama populer : Arfak rainbowfish
Nama lokal : –
Ciri umum :
Ikan jantan dengan tubuh yang sangat pipih, warna kebiruan dengan kilau keperakan; ter- dapat garis pada pertengahan tubuh kebiruan selebar satu sisik dan strip jingga tipis di antara barisan sisik secara horizontal. Sirip transparan kebiruan. Individu betina berpenampilan relatif bulat.
Ukuran maksimum : 10 cm
Status : Endemis. Kategori IUCN Red List Status Vulnerable. Pertama kali ditemukan pada tahun 1989; cukup melimpah di tahun 1990. Sejumlah ikan hidup diekspor ke Jerman. Konservasi dibutuhkan untuk melindungi habitat alaminya. Pada tahun 2007, ikan jenis ini ditemukan kembali di Sungai Prafi pada saat dilakukan survei oleh Akademi Perikanan Sorong bekerja sama dengan Lembaga Riset Prancis.
Distribusi/habitat :
Hanya dari anak sistem Sungai Prafi, yaitu Warmare, Aimasi, dan Nimbai. Lokasinya dekat Manokwari, Papua. Berikutnya ditemukan pula di beberapa sungai, seperti Kebar, Nuni, Asiti, Appi, dan Atai. Kondisi pH perairan antara 7,9–8,7.
Pemeliharaan : Mudah dipelihara dan memiliki kisaran toleransi yang lebar pada kondisi perairan.
Keterangan : Dipelihara oleh penduduk di Manokwari.
Reproduksi : Belum ada informasi, diduga mirip dengan reproduksi ikan rainbow lainnya.
Pakan larva : Belum ada informasi.
Sumber : Tappin, 2010
6. Melanotaenia Batanta
Nama ilmiah : Melanotaenia batanta Allen & Renyaan, 1998
Nama populer : Batanta rainbowfish
Nama lokal : –
Ciri umum :
Hampir seluruh tubuh berwarna biru dengan sisik yang lebih gelap, namun juga terdapat garis-garis jingga yang membelah warna biru sehingga membentuk garis-garis pula. Bagian ventral cenderung berwarna putih perak dengan segitiga biru pada bagian perut depan. Ciri lain terdapat penebalan pigmen melanofor biru pada tutup insang dan bagian belakang mata. Sangat mirip M. fredericki, namun berbeda pada susunan duri sirip dorsal.
Ukuran maksimum : Jantan 10 cm. Betina 8 cm.
Status : Endemis. Kategori IUCN Red List Status Not Evaluated. Pertama kali ditemukan tahun 1998. Diberi nama “batanta” karena merupa- kan type locality (tipe khusus setempat, yaitu Pulau Batanta). Berkerabat dekat dengan M. fredericki.
Distribusi/habitat :
Hanya terdapat di Pulau Batanta Kepulauan Raja Ampat, bagian barat dari Kepala Burung, Papua Barat. Ditemukan di cekungan War- mon, yang berjarak sekitar 400 m dari wilayah mangrove dan payau.
Keterangan : Kepulauan Raja Ampat terdiri dari empat pulau, yaitu Waigeo, Batanta, Salawati, dan Misool.
Pemeliharaan : Belum mampu dibudidaya oleh penggemar ikan hias manapun, termasuk di Pulau Batanta sendiri.
Reproduksi : Belum ada informasi.
Pakan larva : Belum ada informasi.
Sumber : Tappin, 2010
7. Melanotaenia Boesemani
Nama ilmiah : Melanotaenia boesemani Allen & Cross, 1980
Nama populer : Boeseman’s rainbowfish
Nama lokal : Kaskado
Ciri umum :
Salah satu dari jenis rainbow yang berwarna sangat indah. Bagian kepala dan tubuh depan berwarna biru-keabuan dan bagian belakang jingga terang dengan 2–3 strip vertikal di antara dua bagian ini. Sirip berwarna jingga, ujung sirip berwarna putih. Jantan berwarna sangat cerah dan indah, ukuran lebih besar dan pipih. Betina cenderung berwarna hijau kebiruan, ukuran kecil, dan bentuk tubuh relatif tebal.
Ukuran maksimum : 15 cm
Status : Endemis, dibawa ke Jerman pada tahun 1983 oleh H. Bleher. Diperkirakan 60.000 ekor ditangkap per bulan untuk keperluan ekspor. Kategori IUCN Red List Status Endangered antara lain karena introduksi ikan gabus toraja (Channa striata) di habitatnya. Berhasil dikembangkan di Pusat Penelitian Limnologi-LIPI sejak tahun 1990.
Distribusi/habitat :
Endemis di Danau Ajamaru dan Danau Aitinjo-Papua di daerah Kepala Burung/ Vogelkop Peninsula.
Keterangan : Sudah dibudidayakan di luar Papua.
Pemeliharaan : Mudah dipelihara dengan suhu 25–28°C dan pH 7,0–8,5. Pakan alami sangat baik untuk mencapai warna optimum. Pada suhu rendah ikan cenderung berjamur dan rawan mati.
Reproduksi : Dapat bereproduksi secara massal dalam tangki/bak/akuarium, dapat pula secara terpisah dengan perbandingan 1 jantan untuk 2–3 betina. Jumlah telur 1 individu betina dapat mencapai 200 butir. Saat pemijahan telur di- tempelkan pada substrat yang berupa tanaman air atau substrat buatan. Untuk mendapatkan larva optimal, substrat yang ditempeli telur di- pindahkan ke akuarium lain sampai menetas. Masa inkubasi telur 6–7 hari.
Keterangan : Induk cenderung tidak mengganggu telur dan larvanya. Setelah seminggu larva dapat memakan Artemia.
Pakan larva : Kuning telur matang, Infusoria, Artemia. Sumber : Said dkk., 2000
8. Melanotaenia Catherinae
Nama ilmiah : Melanotaenia catherinae (de Beaufort, 1910)
Nama populer : Waigeo rainbowfish
Nama lokal : –
Ciri umum :
Warna umumnya kecokelatan pada bagian dorsal dan keputih-putihan pada bagian ventral (bawah) tubuh. Bagian tengah tubuh ke arah dorsal juga tampak kuning-jingga menyala.Terdapat garis biru tua pada perten- gahan tubuh yang menyala memanjang dari mata hingga dasar sirip ekor, selain terdapat delapan strip warna biru jingga memanjang ke arah ekor. Sirip berwarna biru kecokelatan.
Ukuran maksimum : 10 cm
Status : Endemis di Pulau Waigeo. Kategori dan kriteria IUCN Red List Status Low Risk. Merupakan type locality di Sungai Rabiai, Pulau Waigeo. Berhasil dibawa ke Jerman oleh H. Bleher pada tahun 1992.
Distribusi/habitat :
Sungai Rabiai Wai Semi (cabang Sungai Kaiawat dan Wai Maniel)-Pulau Waigeo (pulau besar sekitar 50 km dari ujung Papua).
Keterangan : Pulau Waigeo dekat dengan Pulau Batanta. Berlokasi di sebelah barat Kota Sorong, Papua. Pemeliharaan : Dapat dipelihara bersama-sama atau terpisah dari kelompoknya. Toleran pada kondisi akuarium dengan suhu 22–28°C dan pH 6,0–8,5.
Reproduksi : Setipe dengan reproduksi ikan Melanotaenia lain, memijah pada media penempel telur, seperti akar tumbuhan air atau ijuk.
Keterangan : Substrat berisi telur dipindahkan ke bak lain untuk masa penetasan.
Pakan larva : Infusoria
Sumber : Tappin, 2010
9. Melanotaenia Fredericki
Nama ilmiah : Melanotaenia fredericki (Fowler, 1939)
Nama populer : Sorong rainbowfish
Nama lokal : –
Ciri umum :
Warna umumnya kebiruan dengan kilau kebiruan pada bagian punggung dan kuning pada sisi badan bagian tengah. Sirip umumnya transparan, tetapi sirip dorsal, anal, dan kaudal berwarna kekuning-kuningan atau merah kecokelatan.
Ukuran maksimum : 12 cm
Status : Endemis dengan kategori IUCN Red List Status Not Evaluated. Pembahasan pertama dilakukan pada spesimen anakan yang dikoleksi pada tahun 1930-an, ikan dewasa dikoleksi pada tahun 1989 oleh G. Allen. Tiga tahun kemudian spesimen hidup ditangkap dan diekspor ke Jerman oleh H. Bleher.
Distribusi/habitat :
Sistem Sungai Samson dan anak sungainya dekat Sorong dan berlokasi pada bagian barat Semenanjung Vogelkop, Papua.
Keterangan : Diduga juga terdapat di sekitar Pulau Salawati. Pemeliharaan : Belum ada informasi, kemungkinan mirip
dengan ikan rainbow lain yang bergenus Melanotaenia.
Reproduksi : Belum ada informasi.
Pakan larva : Belum ada informasi.
Sumber : Allen, 1995
10. Melanotaenia Goldiei
Nama ilmiah : Melanotaenia goldiei (Macleay, 1883)
Nama populer : Goldie river rainbowfish
Nama lokal : –
Ciri umum :
Ikan jantan bertubuh sangat pipih; warna kecokelatan dengan kilau kuning tembaga pada punggung; keputih-putihan pada bagian ventral. Terdapat garis biru kehitaman pada pertengahan tubuh, biasanya terputus di be- lakang bagian pektoral dan melebar pada dasar ekor. Sirip dorsal dan anal berwarna kuning krem.
Ukuran maksimum : 14 cm
Status : Asli. Kategori IUCN Red List Status Not Evaluated. Masih melimpah di alam dengan penyebaran yang sangat luas.
Distribusi/habitat :
Penyebaran luas dari Pulau Yamur, Teluk Etna, Papua Barat, sampai wilayah Moresbey PNG. Juga terdapat di Pulau Aru. Pada tahun 2005 ditemukan di 17 tempat di Papua Barat maupun PNG; di Oriomo-Wilayah Timika, Daerah Aliran Sungai Fly-Sungai Elevata, Ok Tedi, bagian atas Sungai Fly, Ok Mart, Ok Menga.
Keterangan : Sebarannya sangat luas. Pemeliharaan : Belum ada informasi. Reproduksi : Belum ada informasi.
Pakan larva : Belum ada informasi.
Sumber : Allen, 1995
*****
*) Artikel ini diambil dari buku “101 Ikan Hias Air Tawar Nusantara”
Penulis : Djamhuriyah Syaikh Said & Hidayat
https://indofish.my.id/ikan-hias-air-tawar-asal-papua-indonesia-bagian-3.html