Ikan Hias Air Tawar Asal Papua Indonesia – 5

1.Pseudomugil novaeguineae

Pseudomugil novaeguineae
Pseudomugil novaeguineae

Nama ilmiah : Pseudomugil novaeguineae Weber, 1908

Nama populer : New Guinea blue eye
Nama lokal : –

Ciri umum :

Tubuh berwarna kekuning-kuningan yang semi tembus cahaya. Di kedua sisi tubuh terdapat garis berwarna gelap. Individu jantan memiliki sirip dorsal pertama (bagian anterior), sirip dorsal kedua, dan sirip anal yang mengalami pemanjangan. Jantan dewasa menunjukkan warna merah pada sisi dorsal dan tepi luar sirip dorsal. Lingkaran mata berwarna emas mengelilingi pupil dan iris yang berwarna keperak-perakan.

Ukuran maksimum : 4–5 cm

Status : Asli dengan kategori IUCN Red List Status Not Evaluated. Pertama kali ditemukan pada tahun 1907 oleh H.A. Lorentz. Sekitar tahun 1976 dan 1989 spesimen hidup dikoleksi dan diba- wa ke Jerman. Belum berhasil dikembangkan oleh penggemar ikan hias.

Distribusi/habitat :

Distribusi cukup luas antara Teluk Etna Papua Barat dan Sungai Fly Papua New Guinea, juga ditemukan di Kepulauan Aru. Ditemukan di Sungai Kopi bersama jenis P. invantsoffi. Banyak dikoleksi dari habitat pada air dengan pH sekitar 7,8 dan suhu sekitar 24,5oC.

Keterangan : Pada habitatnya juga ditemukan jenis P. pellucidus, Melanotaenia goldiei, M. splendida rubrostriata, dan M. ogilbyi.

Pemeliharaan : Dapat dipelihara pada kondisi alami, seperti suhu sekitar 24oC dengan pH 7,8, namun informasinya sangat sedikit.
Reproduksi : Jenis ini memiliki kekhasan, yaitu menempelkan telurnya yang berwarna kemerah-merahan pada tumbuhan.
Pakan larva : Belum ada informasi, diduga sama dengan ikan Blue eye lainnya.

2. Pseudomugil paludicola

Pseudomugil paludicola
Pseudomugil paludicola

Nama ilmiah : Pseudomugil paludicola Allen & Moore, 1981

Nama populer : Swamp blue eye
Nama lokal : –

Ciri umum :

Tubuh tembus cahaya dengan kepala dan perut berwarna keperakan. Sirip perut berwarna kekuningan. Ikan jantan berwarna lebih terang dengan sirip ekor yang lebih memanjang daripada betina. Betina berukuran lebih kecil dengan sirip yang juga lebih kecil.

Ukuran maksimum : 5 cm
Status : Asli dengan kategori IUCN Red List Status Not Evaluated. Pertama kali ditemukan oleh Raymond Moore pada tahun 1973 di wilayah Papua New Guinea.

Distribusi/habitat : Ditemukan di Sungai Sorong-Semenanjung Vogelkop-Papua Barat dan Papua New Guinea di sungai dan rawa-rawa berair jernih serta banyak tumbuhan air. Salah satu habitatnya memiliki suhu 26,8oC dan pH 7,6.

Keterangan : Ditemukan bersama P. gertrudae dan Melanotaenia splendida rubrostriata.
Pemeliharaan : Belum ada informasi. Suhu sekitar 27°C dan pH sekitar 7,6 sesuai suhu habitat asli.

Reproduksi : Belum ada informasi, diduga mirip dengan pola reproduksi Blue-eyes lainnya, seperti P. gertrudae.
Pakan larva : Belum ada informasi. Diduga sama dengan Blue eye lainnya.

3. Pseudomugil paskai

Pseudomugil paskai
Pseudomugil paskai

Nama ilmiah : Pseudomugil paskai Allen & Ivantsoff, 1986

Nama populer : Paska’s blue eye
Nama lokal : –

Ciri umum :

Memiliki dua sirip punggung yang saling berdekatan, yang pertama jauh lebih kecil daripada yang kedua. Jantan memiliki warna tubuh yang semi-tembus cahaya berwarna kebiru-biruan pada bagian perut dan garis kekuning-kuningan pada bagian tengah. Sirip umumnya tembus cahaya dengan bercak hitam dan margin berwarna putih atau kuning. Ikan betina tidak memiliki bercak pada sirip dan tidak memiliki warna seperti ikan jantan.

Ukuran maksimum : 3,5 cm

Status : Asli dengan kategori IUCN Red List Status Data Deficient. Pertama kali ditemukan oleh G. Allen dan D. Balloch pada tahun 1983, dan spesimen hidup berhasil dikirim ke Australia.

Distribusi/habitat : Mendiami sungai dengan aliran lambat dan berlumpur atau air gambut dengan banyak tumbuhan air. Ditemukan di antara Teluk Etna dan Fly River. Suhu sekitar 25–26°C dan pH 6,1–6,5.
Keterangan : –

Pemeliharaan : Kondisi di alam kisaran pH 6–6,5 dan kisaran suhu 25–26°C. Cenderung identik dengan P. gertrudae.
Reproduksi : Cenderung identik dengan P. gertrudae.

Pakan larva : Identik dengan P. Gertrudae.

4. Pseudomugil pellucidus

Pseudomugil pellucidus
Pseudomugil pellucidus

Nama ilmiah : Pseudomugil pellucidus Allen, Ivantsoff, & Renyaan, 1998

Nama populer : Transparent blue eye
Nama lokal : –

Ciri umum :

Penampilan sangat mirip dengan P. novaeguineae, namun berbeda pada beberapa ciri, antara lain panjang dan jumlah duri pada sirip dorsal per- tama, jumlah duri sirip anal, maupun bentuk langit-langit bagian depan (vomer). Tubuh sangat transparan dengan kepala berwarna perak kemerah-merahan menuju operculum dan peritoneum. Ujung sirip dorsal pertama berwarna hitam dan memiliki titik oranye pada duri pertama, sedangkan sisi dalam sirip anal berwarna kuning.

Status : Endemis dengan kategori IUCN Red List Status Vulnerable. Penampilannya bening, karena itu diberi nama “pellucidus” (Latin) yang berarti bening atau transparan. Pada tahun 2004 ditemukan di Sungai Meyon, namun dengan penampilan warna yang berbeda.

Habitat/distribusi : Ditemukan di anak Sungai Iwaka dan Sungai Kopi di wilayah Timika Tembagapura, Papua Barat. Umumnya di perairan jernih atau jernih berwarna teh (tannin-stained). Sungai kecil, dangkal, berdasar pasir, kerikil, atau batu. Suhu 24–28°C dengan pH 6,7–7,8.

Keterangan : Jenis ini juga ditemukan pada habitat P. invantsoffi, P. novaeguineae, M. goldiei, M. splendida rubrostriata, M. ogilbyi.
Pemeliharaan : Kondisi alami pada kisaran suhu 24–28°C dengan pH air antara 6,7–7,8.

Reproduksi : Seperti Pseudomugil novaeguineae, jenis ini juga menempelkan telurnya yang berwarna kemerah- merahan.
Pakan larva : Belum ada informasi.

5. Pseudomugil reticulatus

Pseudomugil reticulatus
Pseudomugil reticulatus

Nama ilmiah : Pseudomugil reticulatus Allen & Ivantsoff, 1986

Nama populer : Vogelkop blue eye
Nama lokal : –

Ciri umum :

Warna pada umumnya cokelat muda kehijauan yang transparan. Bagian tepi sirip dorsal, anal, dan ekor berwarna oranye terang menuju me- rah, sedangkan sirip-sirip dan bagian ventral dada berwarna kuning. Mata berwarna biru yang nyata. Individu betina juga berwarna hampir sama.

Ukuran maksimum : 4 cm
Status : Endemis dengan kategori IUCN Red List Status Not Evaluated. Spesimen hidup dikoleksi oleh Heiko Blecher pada tahun 1998, tetapi jarang terlihat dalam perdagangan ikan hias. Umumnya menjadi koleksi beberapa pengge- mar akuarium yang sangat tertarik pada ikan rainbow.

Distribusi/habitat :

Sungai di hutan hujan yang bervegetasi baik, sekitar 2 km sebelah timur Danau Ajamaru bagian tengah Semenanjung Vogelkop, Papua. Habitat bervariasi, namun umumnya di perairan dangkal yang jernih dan banyak mengandung vegetasi pada kisaran suhu 24–28°C dengan pH 7,1–7,6.

Keterangan : Pernyataan bahwa jenis ini terdapat di New Guinea adalah tidak benar, karena mereka mengoleksi ikan ini dari habitat asli, yaitu Danau Ajamaru, Papua.

Pemeliharaan : Kondisi alami pada suhu 24–28°C dengan pH netral 7,1–7,6.
Reproduksi : Telurnya berwarna jingga-merah.

Pakan larva : Belum ada informasi.

6. Pseudomugil tenellu

Pseudomugil tenellus
Pseudomugil tenellus

Nama ilmiah : Pseudomugil tenellus Taylor, 1964

Nama populer : Delicate blue eye
Nama lokal : –

Ciri umum :

Warna tubuh ikan jantan umumnya cokelat keemasan pada bagian atas dan cokelat kekuningan dengan kilau perak pada bagian bawah garis pertengahan tubuh yang terdiri dari sisik-sisik keperakan yang terputus-putus yang membesar pada ikan dewasa. Bagian tepi sisik tubuh berwarna hitam dan membentuk pola kisi-kisi yang menarik. Ikan ini memiliki dua sirip punggung yang saling berdekatan, sirip punggung yang pertama jauh lebih kecil dari sirip kedua. Sirip-sirip ini berwarna dasar jingga keemasan dengan tepi luar kuning muda. Sirip punggung kedua dan sirip dubur memiliki bercak-bercak putih dengan pola agak membulat. Sirip ikan jantan berukuran lebih besar.

Ukuran maksimum : 4–5 cm
Status : Asli dengan kategori IUCN Red List Status Not Evaluated. Pertama kali dikoleksi oleh ahli ikan
Amerika R.R. Miller pada tahun 1948.

Pemeliharaan :

Ikan ini berumur relatif pendek, sekitar 1 tahun, tetapi juga dapat mencapai umur 4 tahun jika diberikan kondisi akuarium yang sesuai, yaitu kondisi air seperti habitat alaminya. Kisaran suhu pada habitat alami 25–30°C, kisaran pH 6–7,2. Pakan alami berupa alga, udang-udangan kecil, dan serangga air, hingga beragam material organik berupa detritus. Dapat juga diberi pakan beku berupa Artemia, Daphnia, jentik nyamuk, cacing darah, dan pakan ikan hias dari alga, seperti spirulina.

Distribusi/habitat :

Ditemukan di Kepulauan Aru, Papua, dan Australia. Di perairan tawar sampai payau, di wilayah paparan banjir, rawa-rawa, dan anak-anak sungai dengan aliran yang lambat dan banyak tumbuhan air.

Keterangan :

Ditemukan dalam jumlah banyak pada per- tengahan musim hujan.
Reproduksi : Pemijahan dapat berlangsung sepanjang tahun, tetapi puncaknya terjadi pada awal musim hujan sekitar Oktober–Desember. Suhu se- baiknya di atas 24°C. Telur disebar di antara tumbuhan air dan rumput. Metode pemijahan yang lebih disukai adalah pemijahan kelompok dengan beberapa jantan dan betina.

Keterangan : Pemijahan dapat berlangsung selama beberapa hari diikuti dengan periode tidak aktif sekitar 1–2 minggu. Mengganti air atau sedikit menaikkan suhu dapat merangsang pemijahan setelah periode tidak aktif. Inkubasi selama 4–6 hari pada suhu 25–30°C.

Pakan larva : Artemia, kopepod, fitoplankton, dan cacing kecil.

7. Scleropages jardinii

Scleropages jardinii
Scleropages jardinii

Nama ilmiah : Scleropages jardinii Saville-Kent, 1892

Nama populer : Northern bonytongue
Nama lokal : Siluk jardini, Kaloso

Ciri umum : Bentuk badan pipih memanjang dengan warna kuning-kehijauan mengilap. Dua buah sungut terdapat di ujung rahang bawah. Sirip dada cenderung ke arah ventral dan memiliki ujung yang runcing. Hanya memiliki satu sirip pung- gung. Sirip punggung, sirip ekor, dan sirip anal berbintik dan cenderung membulat.

Ukuran : Dapat mencapai 90 cm.

Status : Asli. Status dilindungi berdasarkan PP No. 7/1999 dan ditetapkan sebagai Satwa Buru (Kep.Men. Kehutanan No. 2091/ KPTS-II/2001). Pengembangbiakan dapat dilakukan melalui kegiatan pembesaran (Kep. Men. Kehutanan No. P.2/Menhut.II/2005). Sudah didomestikasi oleh Pusat Penelitian Biologi-LIPI sejak tahun 2004.

Distribusi/habitat : Papua dan Australia. Di Papua, seperti di Merauke, Mappi, Asmat, dan Boven Digul. Hidup di sungai-sungai besar.

Pemeliharaan : Untuk hiasan, dapat hidup di akuarium dengan kondisi air normal. Pakannya hewan hidup, seperti ikan atau udang ukuran kecil. Jenis pakan lainnya dapat berupa lipan, jengkrik, atau anak katak (persil) hidup. Kolam peme- liharaan tanpa batu/kerikil.

Keterangan : Umumnya ditangkap dari alam kemudian dibesarkan. Pembesaran berlangsung di Ka- bupaten Asmat, Kab. Mappi, Merauke, juga Boven Digul.
Reproduksi : Membutuhkan ruang yang relatif luas, tanpa batu/kerikil. Ikan ini meletakkan telur dalam sarang yang terbuat dari tumbuhan. Setelah pembuahan berlangsung, induk jantan meng- erami telur di dalam mulutnya selama 45 hari. Rasio kelamin induk jantan dan betina 1:1, 1:2, atau 1:3.

Pakan larva : Ikan kecil langsung mampu memakan organisme hidup.

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *