Ikan Hias Air Tawar Asal Papua Indonesia

Ikan Hias Air Tawar Asal Papua Indonesia

ikan hias papua
Chilatherina Crassipinosa

Ikan hias Papua. Provinsi paling timur di Indonesia menyimpan kekayaan alam air tawar yang luar biasa. Begitu banyak jenis ikan hias yang hidup di alam liar. Berikut ini uraiannya..

Ikan hias Papua

1.Chilatherina crassipinosa

Nama ilmiah : Chilatherina crassipinosa (Weber, 1913)
Nama populer : Silver rainbowfish
Nama lokal : –

Ciri umum :
Seluruh tubuh berwarna keperakan dengan warna kehitaman pada sisi bagian atas dan bawah dari sirip ekor. Pada ikan jantan ter- dapat strip jingga pada sisi badan dan warna kekuning-kuningan pada sirip dorsal dan anal.

Ukuran maksimum : 13 cm
Status : Asli. Sangat melimpah pada habitat alaminya. Tidak masuk dalam IUCN Red List Status.

Distribusi/habitat :
Tersebar luas di bagian utara Papua, antara lain di Sungai Markham, Gogol, Ramu, Sepik, Pual, dan Mamberamo. Juga ditemukan pada sistem aliran air yang kecil.

Keterangan : Habitatnya biasanya pada lereng gunung atau bukit pada ketinggian 100–600 m.

Reproduksi : Mirip dengan jenis rainbow lain pada umumnya. Sejauh ini belum ada informasi tentang reproduksinya di akuarium.

Pemeliharaan : Suhu 24–28oC; pH 7,5–8,0.
Pakan (pakan alam) : serangga kecil, khususnya semut, jentik nya- muk, dan alga filamen.
Pakan larva : Infusoria
Sumber : Allen, 1995

ikan hias papua
Chilatherina Fasciata

2. Chilatherina Fasciata – ikan hias papua

Nama ilmiah : Chilatherina fasciata (Weber, 1913)
Nama populer : Barred rainbowfish
Nama lokal : –

Ciri umum :

Warna cokelat hingga hijau kebiruan pada bagian punggung, putih, hingga kekuningan pada bagian bawah. Pada individu jantan biasanya terdapat beberapa garis kehitaman pada bagian tubuh bawah di depan sirip ekor. Sirip ekor cenderung berwarna biru.

Ukuran maksimum : 12 cm
Status : Asli. Kategori IUCN Red List Status Not Evalu- ated. Sangat banyak pada habitat alaminya. Tersebar pada penggemar akuarium internasio- nal. Koleksi pertama tahun 1910 dari sungai dekat Njau, Papua, oleh Van Kampen.

Distribusi/habitat :

Tersebar luas di sebelah utara Papua, antara lain di sistem Sungai Markham, Ramu, Sepik, dan Mamberamo.
Keterangan : Juga ditemukan pada anak-anak sungai di daerah rendah dan lereng berbukit pada ketinggian 400–500 m.
Pemeliharaan : Sangat adaptif pada lingkungan akuarium, suhu 27–32oC, pH 7,5–8,1. Pakan: micro-crustacea, serangga, alga filamen, Daphnia, jentik, dan Artemia.

Reproduksi : Jantan dan betina berukuran relatif sama.
Satu individu jantan dipasangkan dengan 2–3 individu betina. Jumlah telur 20–30 per hari untuk setiap individu. Masa inkubasi 8–12 hari (tergantung suhu air).
Pakan larva : Infusoria, Artemia
Sumber : Allen, 1995

ikan hias papua
Chilatherina Lorentzi

3. Chilatherina Lorentzi – ikan hias papua

Nama ilmiah : Chilatherina lorentzi (Weber, 1908)
Nama populer : Lorentz’s rainbowfish
Nama lokal : –

Ciri umum :

Warna dasar tubuh adalah biru; warna keperakan atau kebiruan hingga putih pada bagian bawah. Individu jantan berbentuk pipih. Terdapat strip lebih gelap dari bela- kang mata hingga pangkal ekor, sedangkan individu betina memiliki warna hijau zaitun atau kecokelatan pada bagian punggung dan putih keperakan pada bagian bawah. Sirip ekor berwarna kekuning-kuningan.

Ukuran maksimum : 12 cm
Status : Asli. Berdasarkan alasan genetis, ikan ini lebih cocok digolongkan dalam genus Melanotaenia.

Distribusi/habitat :

Sungai Tawarin di pantai utara Papua sekitar 200 km sebelah barat Jayapura, dan dari Sungai Puive, anak sungai Pual dekat Vanimo, PNG. Pada survei di tahun 2008 oleh Universitas Manokwari bekerja sama dengan Conservation International, ikan ini ditemukan bersama dengan jenis rainbow lainnya di Perkampungan Haya, Mamberamo, pada cekungan sungai berbatu. Suhu perairan 28oC dan pH 7,8.

Pemeliharaan : Belum ada informasi.

Reproduksi : Belum ada informasi.
Pakan larva : Belum ada informasi.
Sumber : Allen, 1995 Tappin, 2010

Chilatherina Pricei

4. Chilatherina Pricei – ikan hias papua

Nama ilmiah : Chilatherina pricei Allen & Renyaan, 1996
Nama populer : Price’s rainbowfish
Nama lokal : –
Ciri umum :

Mirip dengan C. fasciata, namun berbeda dalam pola warna dan berukuran relatif pendek. War- na cenderung abu-abu keperakan sampai biru. Juga menampilkan warna kuning emas pada bagian dorsalnya, bagian ventral cenderung biru. Pada kedua sisi tubuh terdapat garis tengah dengan sisik yang tampak menonjol. Sirip ikan jantan berwarna kemerah-merahan.

Ukuran maksimum : 10 cm
Status : Asli. Kategori IUCN Red List Status Not Evalu- ated (Ref. 90363). Masih relatif melimpah di aliran air utama. Kemungkinan berhubungan dengan banyaknya alga maupun invertebrata air sebagai sumber pakan di wilayah tersebut. Nama diambil dari David Price, seorang yang sangat tertarik dengan sejarah Papua dan me- ngoleksi spesies ikan ini.

Distribusi/habitat :

Sungai Reifafeif di Pulau Yapen yang berada di Teluk Cendrawasih, Papua. Data di bulan Juli 1995 menunjukkan perairan ini memiliki kisaran suhu 24,2–26,4oC dan pH 7,5–8,1.

Keterangan : –
Pemeliharaan : Belum ada informasi. Pakannya berupa alga maupun invertebrata air tawar. Disarankan untuk disesuaikan dengan kondisi air pada habitat alaminya.

Reproduksi : Belum ada informasi.
Pakan larva : Belum ada informasi.
Sumber : Tappin, 2010

Chilatherina Sentaniensis

5. Chilatherina Sentaniensis

Nama ilmiah : Chilatherina sentaniensis (Weber, 1908)
Nama populer : Sentani rainbowfish
Nama lokal : –

Ciri umum : Warna keseluruhan jingga pucat dengan strip biru muda keperakan di antara barisan sisik. Warna bagian dorsal cenderung biru keungu- unguan. Bagian ventral cenderung berwarna lebih terang dengan beberapa totol yang muncul. Pada bagian sisi tubuh terdapat garis memanjang berwarna biru dari belakang sirip dada menuju pangkal ekor.

Ukuran maksimum : 10 cm
Status : Endemis dengan kategori IUCN Red List Status Critically Endangered ver. 2.3. Survei diperlukan untuk menentukan distribusi dan populasi di alam.

Distribusi/habitat :

Endemik di Danau Sentani dan Sungai Soekanto, Papua. Koleksi yang lebih banyak dilakukan oleh Marinus Boeseman pada ekspe- disi untuk Leiden Museum tahun 1954–1955.

Keterangan : Populasi menurun sejak ikan introduksi (mas, nila, gurami, dan lainnya) meningkat di danau tersebut dan perairan danau mengalami polusi dari kegiatan manusia.

Pemeliharaan : Belum ditangani/dipelihara. Reproduksi : Belum ada informasi.
Pakan larva : Belum ada informasi.
Sumber : Allen, 1995

Glossolepis Dorityi

6. Glossolepis Dorityi

Nama ilmiah : Glossolepis dorityi Allen, 2001

Nama populer : Dority’s rainbowfish
Nama lokal : –

Ciri umum : Ikan jantan secara keseluruhan berwarna kehijauan dengan refleksi keperakan pada bagian sisi punggung dan kepala. Pada bagian dorsal terdapat garis-garis warna yang terbentuk oleh susunan sisik berwarna hijau-kuning, sedang- kan pada bagian ventral membentuk strip-strip biru bergantian dengan jingga, sirip berwarna transkulen kehijauan. Jantan berbentuk pipih dan memiliki pemanjangan tulang posterior.

Ukuran maksimum : Betina 8 cm Jantan 10 cm

Status : Asli. Kategori IUCN Red List Status Not Evalu- ated (Ref. 96402). Pertama kali ditemukan tahun 2000 dan ditemukan kembali oleh peneliti yang sama pada tahun 2008. Namanya diambil dari seorang yang telah berupaya mengoleksi spesies ini, yaitu Dan Dority. Kondisi terancam punah, diduga akibat dari introduksi ikan gabus (Channa striata) dan ikan mas (Cyprinus carpio).

Distribusi/habitat : Wilayah Sungai Grime khususnya di Danau Nenggwambu (Danau Kali Biru), sekitar 50 km sebelah barat Danau Sentani. Tahun 2008 ditemukan pula di Danau Jaigum.

Keterangan : Berkelompok
Pemeliharaan : Sifatnya berkelompok dan pendamai, dapat dipelihara bersama ikan rainbow lainnya. Bersifat omnivora (pemakan segala).
Reproduksi : Hampir sama dengan ikan rainbow lainnya.
Pemijahan berlangsung pada akar tanaman air atau substrat. Substrat yang tertempeli telur dipisahkan dari induknya.
Pakan larva : Plankton, insekta air.
Sumber : Tappin, 2010

Glossolepis Incisus

7. Glossolepis Incisus

Nama ilmiah : Glossolepis incisus Weber, 1908
Nama populer : Salmon red rainbow, Rainbow merah

Nama lokal : Rainbow merah/Pelangi merah Ukuran maksimum : 17 cm

Ciri umum :

Ikan jantan berbentuk pipih, berukuran relatif besar, dan pada sekujur tubuh berwarna merah terang. Ikan betina memiliki tubuh yang relatif tebal, berukuran lebih kecil dan lebih me- manjang. Ikan betina berwarna zaitun hingga kecokelatan dengan pantulan keperakan pada kepala dan pada bagian sisi.

Status : Endemis. Kategori IUCN Red List Status Vulnerable. Salah satu spesies Rainbow yang sangat populer; telah berkembang dalam dunia penggemar akuarium sekitar 30 tahun. Diintroduksi ke Eropa, Amerika, dan Australia. Berhasil dikembangkan di Pusat Penelitian Limnologi-LIPI sejak tahun 1997.

Distribusi/habitat : Endemis di Danau Sentani, terletak di daerah
perbukitan pada ketinggian 75 m sekitar 12 km barat daya Jayapura, Papua.

Keterangan : Hidup berkelompok di perairan jernih yang banyak vegetasi.
Pemeliharaan : Air dengan dH tinggi, alkalin, pH 7,2–8,4; suhu 24–28oC. Pada akuarium sebaiknya tidak terlalu padat dan menggunakan filter yang baik. Ikan jantan matang gonad tampak agresif dengan intensitas warna tubuh kuat atau lebih cemerlang.

Reproduksi :

Bersifat poligami, 1 jantan untuk 2–3 betina. Tempat pemeliharaan terbaik posisinya me- nerima sinar matahari pagi. Jantan bersifat agresif, betina menghasilkan 30–60 telur/hari selama 1–2 minggu. Telur dipisahkan dari induk. Masa inkubasi telur 6–7 hari pada suhu 27oC. Bila sudah teradaptasi, mudah dalam bereproduksi.
Pakan larva : Pakan cair, Infusoria, cacing halus, Artemia.

Sumber : Said dkk., 2000

ikan hias papua
Glossolepis Multisquamata

8. Glossolepis Multisquamata

Nama ilmiah : Glossolepis multisquamata (Weber & de Beafort, 1922)
Nama populer : Sepik rainbowfish

Nama lokal : –

Ciri umum : Warna kehijauan hingga kecokelatan dengan kilau keperakan; warna badan dan sirip bervariasi; strip kuning-jingga tipis di antara baris sisik. Sirip dorsal dan anal ikan jantan dibayangi kilau keemasan. Individu jantan sangat pipih.

Ukuran maksimum : 12 cm
Status : Endemis. Masuk dalam kategori dan kriteria IUCN Red List Status Least Concern ver. 3.1. Sangat melimpah di habitat aslinya.

Distribusi/habitat :

Paparan banjir Sungai Mamberamo, Sepik, dan Ramu. Juga ditemukan di laguna berawa-rawa, danau, dan sisi saluran sungai. Juga terkoleksi dari Sungai Taritatu di wilayah Mamberamo, Papua.

Keterangan : –
Pemeliharaan : Suhu 27–29oC; pH 6,2–6,8 (mirip dengan habitat aslinya).
Reproduksi : Memijah pada pagi hari. Masa inkubasi telur 9–10 hari pada suhu 23–25oC.

Keterangan : Tumbuh cepat, matang gonad pada umur kurang dari satu tahun.
Pakan larva : Infusoria
Sumber : Allen, 1995

ikan hias papua
Glossolepis  Pseudoincisus

9. Glossolepis  Pseudoincisus

Nama ilmiah : Glossolepis pseudoincisus Allen & Cross, 1980

Nama lokal : –

Ciri umum :

Jantan berwarna merah mirip G. incisus, sedangkan betina berwarna zaitun hingga kecokelatan dengan kilau keperakan pada bagian kepala dan sisi tubuh. Lingkar mata relatif lebih besar dibandingkan G. incisus.

Ukuran maksimum : 8 cm
Status : Endemis dengan kategori IUCN Red List Status Data Deficient. Koleksi pertama tahun 1954 oleh Dr. M. Boeseman. Untuk mengetahui kondisi populasinya di Sungai Tami. dibu- tuhkan survei lanjutan.

Distribusi/habitat :

Hanya ditemukan di danau Oxbow terisolasi dekat Sungai Tami sekitar 23 km tenggara Jayapura atau 30 km sebelah timur dari Danau Sentani. Juga diketahui berasal dari Danau Ifaten, Danau Iwom, dan Danau Yaniruk, Papua.

Keterangan : –
Pemeliharaan : Belum ada informasi. Reproduksi : Belum ada informasi.
Pakan larva : Belum ada informasi.
Sumber : Allen, 1995

ikan hias papua
Iriatherina Werneri Meinken

10. Iriatherina Werneri Meinken – ikan hias papua

Nama ilmiah : Iriatherina werneri Meinken, 1974

Nama populer : Threadfin rainbowfish
Nama lokal : –

Ciri umum :

Semua jari-jari sirip dorsal pertama relatif halus dan fleksibel; beberapa jari-jari sirip dorsal kedua dan anal membentuk filamen yang memanjang pada jantan dewasa. Warna umumnya kecokelatan, dan keperakan pada bagian kepala dan sisi; filamen pada sirip pel- vis, dorsal dan anal pada ikan jantan berwarna kehitaman.

Ukuran maksimum : 6 cm
Status : Asli. Masuk kategori IUCN Red List Status Not Evaluated. Spesies tunggal dari genus Iriatherina. Pertama kali ditemukan pada sal- uran irigasi dekat Kota Merauke. Diintroduksi ke akuarium Eropa tahun 1974 pada ikan yang berumur sekitar 2 tahun.

Distribusi/habitat :

Bagian tengah-selatan Papua antara Merauke  dan Sungai Fly. Di samping itu, ditemukan juga di Sungai Bensbach, Morehead, dan Pahoturi, juga di rawa-rawa, saluran drainase, anak sungai yang mengalir lambat, dan banyak terdapat tumbuhan air.

Keterangan : Kisaran kondisi habitat sangat luas. Pemeliharaan : Suhu 25–28°C, pH 6,0–7,5. Ukurannya kecil, jangan digabung dengan ikan rainbow besar, kecuali anaknya. Pakan divariasikan antara Daphnia dan Artemia. Apabila tidak meng- gunakan filter maka perlu ganti air setiap 2–4 minggu.

Reproduksi : Mudah memijah, tetapi larvanya sulit tumbuh;
harus menggunakan sistem ganti air. Pakan larva : Kuning telur ayam matang, Artemia.

Sumber : Allen, 1995

*****

*) Artikel ini diambil dari buku “101 Ikan Hias Air Tawar Nusantara
Penulis :  Djamhuriyah Syaikh Said & Hidayat

Comments

No comments yet. Why don’t you start the discussion?

    Tinggalkan Balasan

    Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *